Pandemi COVID-19 yang sedang melanda di hamper seluruh negara di dunia termasuk Indonesia sangat membatasi aktivitas social maupun kegiatan akademik. Pada tingkat pendidikan universitas, hamper seluruh kegiatan belajar mengajar dan bahkan praktik di laboratorium dilakukan secara daring. Kegiatan di laboratorium baik praktikum maupun penelitian juga melakukan pengaturan ulang dan penyesuaian terkait pelaksanaan kegiatan akademik maupun penelitian. Beberapa kegiatan praktikum dilakukan dengan metode daring, Sebagian ditunda pelaksanaannya hingga suasana kondusif untuk dilakukan secara luring. Untuk kegiatan penelitian yang harus dilakukan di laboratorium, pelaksanaan dan jadwal diatur dengan ketat, jumlah personel bekerja di laboratorium dibatasi dan dengan protocol kesehatan ketat. Beberapa laboratorium yang memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis penyakit dibatasi atau menutup sementara pelayanan untuk umum. Namun, beberapa laboratorium menjadi sangat vital dan aktivitasnya bahkan menjadi berlipat, yakni laboratorium yang membantu pelayanan pemerintah untuk pemeriksaan virus SARS-Cov-2 (COVID-19).
Workshop
Sesi workshop diawali dengan presentasi peserta tentang hasil identifikasi dan penilaian risiko dari aktivitas-aktivitas yang dikrjakan di laboratorium masing-masing dipandu oleh Ketua Tim Biosafety FKKMK UGM, Dra. Dewajani Purnomosari, MSi, PhD. Terbagi dalam 10 kelompok yang merupakan wakil dari 42 laboratorium dari 9 fakultas di lingkungan UGM. Beberapa permasalahan yang bisa diidentifikasi dari presentasi para peserta, diantaranya tergigit hewan coba, paparan aerosol, terkena benda tajam, terekspos bahan kimia atau sampel (misal darah, feses, media), hingga kontaminasi bakteri/jamur/virus. Risiko yang bisa teridentifikasi bervariasi dari tingkat risiko paling rendah (low) hingga katastrofik. Beberapa laboratorium juga ditemukan belum dapat menerapkan praktik biosafety dengan baik yang kemungkinan disebabkan karena kurang pengetahuan maupun keterbatasan fasilitas penunjang penerapan biosafety yang baik dan benar. Permasalahan terkait dngan pnanganan limbah juga menjadi bahan diskusi yang cukup mendapat perhatian banyak peserta. Kehadiran beberapa petugas dari PK4L UGM sangat membantu dalam menjelaskan beberapa permasalahan berhubungan dengan penanganan limbah, prasarana, serta mekanisme di UGM.
Peserta juga melakukan praktik langsung cara penanganan tumpahan. Terbagi dalam 10 kelompok, masing-masing diberikan satu set spill kit dan peralatan/APD pendukung, jas lab, gloves, tissue. Satu orang anggota tiap kelompok melakukan praktik penganganan APD dengan dibantu teman-teman kelompoknya (membacakan prosedur atau mengingatkan langkah-langkah dalam SOP. Selesai praktik penganganan tumpahan, kepada peserta ditayangkan video biosafety produksi Tim Biosafety FKKMK UGM. Kepada peserta juga diberikan bingkisan untuk tiap laboratorium berupa plastik berlabel biohazard yang bisa di-autoclave. Workshop ditutup oleh Dra. Dewajani Purnomosari, MSi, PhD selaku Ketua Tim Biosafety FKKMK UGM setelah seluruh rangkaian acara selesai.
Foto-foto kegiatan workshop tanggal 9 Agustus 2018:
Sumber: Dokumentasi Tim Biosafety FKKMK UGM 2018
Penelitian yang menggunakan agen biologi dengan potensi risiko tertentu sudah diatur dalam beberapa guidelines/peraturan. Salah satunya ditetapkan oleh beberapa organisasi dunia termasuk World Health Organization (WHO) yang mengatur mengenai biosafety. Untuk menjamin keselamatan kerja di laboratorium, peneliti, personel dan pengelola laboratorium harus mempunyai pengetahuan untuk menilai risiko yang mungkin terjadi di laboratorium melalui pendekatan administratif (aturan di laboratorium), pengendalian teknik (fasilitas laboratorium dan APD) dan prosedur kerja yang sesuai dengan praktek biosafety. Harapan penyelenggara workshop ini agar para peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip biosafety dan mampu melakukan penilaian risiko di laboratorium masing-masing.
Peserta workshop sekitar 100 orang yang merupakan koordinator penelitian/penanggung jawab laboratorium, dosen, peneliti, laboran, dan teknisi laboratorium-laboratorium yang ada di lingkungan FKKMK, beberapa fakultas bidang eksakta di lingkungan UGM (Fakultas: Biologi, Farmasi, Kedokteran Hewan, Kedokteran Gigi, Pertanian, Peternakan, Teknologi Pertanian, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), serta lembaga di lingkungan UGM yang menyelanggarakan kegiatan laboratorium (Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu/LPPT dan Pusat Antar Universitas/PAU). Sementara dari FKKMK, hadir dalam workshop ini diantaranya wakil-wakil dari laboratorium Anatomi, Bioantropologi, Biobank, Biokimia, Biomolekuler, Eliminate Dengue Project (EDP), Faal, Farmakologi, Forensik & Medikolegal, Gizi, Histologi, Mikrobiologi, Patologi Klinik, Parasitologi, dan Laboratorium Riset Terpadu (LRT).
Workshop dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan FKKMK UGM, dr. Yodi Mahendradata, MSc, PhD. Presentasi tentang pengenalan biosafety dan cara penilaian biorisiko disampaikan oleh ketua Tim Biosafety Dra. Dewajani Purnomosari, MSi, PhD. Materi-materi lain disampaikan dalam workshop ini meliputi: prinsip biosafety (Dian Caturini Sulistyoningrum, BSc, MSc), bahaya laboratorium (Dr. dr. Hera Nirwati, MKes), Biocontainment dan Alat Pelindung Diri/APD (dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, MSc, PhD), dan penilaian biorisiko (Janatin Hastuti, SSi, MKes, PhD).
Sesi terakhir workshop adalah praktik penilaian biorisiko untuk pekerjaan di laboratorium masing-masing dipandu oleh seluruh anggota Tim Biosafety FKKMK UGM diawali dengan penjelasan mengenai cara mengisi form penilaian biorisiko. Peserta workshop membuat penilaian risiko pekerjaan yang dilakukan di laboratorium masing-masing yang akan dipresentasikan pada workshop biosafety selanjutnya. Selesai rangkaian acara, workshop ditutup oleh Dra. Dewajani Purnomosari, MSi, PhD selaku Ketua Tim Biosafety FKKMK UGM.
Foto-foto kegiatan Workshop Pengenalan Biorisiko 2 Agustus 2018
Sumber: Dokumentasi Tim Biosafety FKKMK UGM 2018
Sumber: Dokumentasi Tim Biosafety 2017
Peserta workshop sekitar 30 orang yang merupakan koordinator penelitian/penanggung jawab laboratorium dan teknisi laboratorium-laboratorium yang ada di lingkungan Fakultas Kedokteran, UGM. Hadir dalam workshop ini diantaranya wakil-wakil dari laboratorium Anatomi, Bioantropologi, Biobank, Biokimia, Biomolekuler, Eliminate Dengue Project (EDP), Faal, Farmakologi, Forensik & Medikolegal, Gizi, Histologi, Mikrobiologi, Patologi Klinik, Parasitologi, dan Lab Riset Terpadu.
Workshop dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kedokteran, dr. Yodi Mahendradata, MSc, PhD.
- Mengingatkan kembali pentingnya pengetahuan terkait dengan biorisk (biosafety dan biosecurity)
- Relevansinya terkait dengan pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan pasien – komponen penting dari JCI (akreditasi rumah sakit)
- Selain itu awareness atau pemikiran tentang praktik biorisk ini perlu dilakukan secara berkala agar menjadi kebiasaan – kultur
Presentasi tentang pengenalan risiko dan cara penilaian risiko disampaikan oleh Dr. dr. Hera Nirwati, MKes. Peserta tampak antusias mengikuti presentasi dan memberikan tanggapan yang bagus. Materi yang disampaikan meliputi:
- Pengertian, tujuan, dan implementasi biosafetydan biosecurity.
- Pengenalan risiko (risk assessment): definisi, tujuan, dasar-dasar melakukan penilaian risiko.
- Apa yang mungkin terjadi?
- Seberapa besar kemungkinan tersebut akan terjadi?
- Jika itu terjadi, seberapa serius kejadian tersebut?
- Tindakan apa yang akan di ambil?
Tentang penilaian risiko: What, why, when, how, and who.
Langkah-langkah untuk melakukan penilaian risiko.- Identifikasi agen
- Evaluasi aktivitas lab yang dapat memodifikasi risiko
- Menentukan tingkat biosafetydan mitigasi
- Penilaian kerja
- Review Penilaian Risiko
- Mitigasi
Menilai likelihood, konsekuensi dan risiko suatu aktivitas di laboratorium.
Kriteria risiko: matriks kemungkinan dan konsekuensi.Acara selanjutnya adalah tugas melakukan penilaian risiko untuk pekerjaan di laboratorium masing-masing dipandu oleh Dian Caturini S, MSc, diawali dengan penjelasan mengenai cara mengisi dan contoh form penilaian risiko. Peserta workshop membuat penilaian risiko pekerjaan yang dilakukan di laboratorium masing-masing didampingi tim biosafety.
Masing-masing wakil dari laboratorium kemudian diminta untuk mempresentasikan kondisi di laboratorium dan penilaian risikonya. Rangkuman presentasi masing-masing laboratorium di antaranya sebagai berikut:
- Laboratorium Biokimia: ekstraksi DNA, bahaya inhalasi bahan kimia dan toksik.
- Laboratorium Biomolekuler: ekstraksi DNA, bahaya zat karsinogenik, menggunakan phenol (bahaya inhalasi, iritasi, tidak boleh dibuang)
- Laboratorium Fisiologi: kasus hewan coba, konsekuensi moderate, likelihood moderate, risiko
- Laboratorium Farmakologi: untuk hewan coba di Laboratorium Farmakologi ada pengenalan metode dari teknisi pada awal hendak penelitian. Penanganan hewan coba: risiko kandang rusak sehingga hewan coba dan manusia bisa kecantol kandang yang rusak
- Laboratorium Bioantropologi: pembuatan replika, bahan SiO2, bahaya terhirup dan uap, sesak napas, pakai masker, perlu goggle, konsekuensi moderate, unlikely, saran ada SOP dan goggle. Proses pembuatan replica juga menggunakan bahan katalis, resiko gatal-gatal, iritasi, saran memakai glovepanjang hingga siku. Limbah benda padat tapi tajam, dikumpulkan ke fakultas segera setelah pemakaian.
- Laboratorium Patologi Klinik: pembuatan sampel darah, risiko infeksi, konsekuensi moderate, unlikely, risiko moderate. Existing controlSOP, saran maintenance, preparasi/kontrol pada saat sebelum pengerjaan.
- Laboratorium EDP: ekstraksi DNA nyamuk, risiko ethanol tumpah, konsekuensi pemborosan, aerosol, existing control Konsekuensi minor, likelihood moderate, risiko moderate.Rekomendasi merapikan meja dan SOP.
- Laboratorium Forensik: pemisahan alkohol, kasus alkohol tumpah; pemeriksaan arsen dan sianida, konsekuensi beracun dan pemborosan. Existing control Konsekuensi katastropik, likelihood high, risiko extreme.Senyawa Sianida juga harus memperhatikan biosecurity, terutama akses ke tempat penyimpanan sianida.
- Laboratorium Mikrobiologi: kasus pasien dengan infeksi berat, misal TB, konsekuensi katastropik, likelihoodhigh, risiko extreme, rekomendasi: SOP.
- Anatomi: persiapan praktikum, penyebab: formalin, membuat sesak napas, batuk, air mata deras, konsekuensi mayor, likely, risiko extreme. Rekomendasi pelatihan, APD, perbaikan system prasarana fisik, dan alat detector dosis.
- Laboratorium Riset Terpadu: kegiatan di laboratorium bisa menyebabkan konslet listrik, saran fasilitas desain, konsekuensi mayor, moderate/likely, risiko extreme.
- Laboratorium Biokimia, kegiatan praktikum asam basa, lemari asam rusak, konsekuen korosif, efek korosi dan iritasi. Konsekuensi moderate, likelihood moderate, risiko high.
- Biobank: kegiatan pengolahan sample, penyebab specimen tercecer saat uji pengolahan sampel, bahan infeksius, konsekuensi moderate, likelihood moderate, risiko high.
- Laboratorium Biomolekuler: kegiatan pengambilan sampel dari tabung Nitrogen cair. Konsekuensi mayor, likelihood high, risiko extreme, rekomendasi ikuti SOP.
Selesai rangkaian acara workshop dilakukan penutupan oleh Dra. Dewajani Purnomosari, MSc, PhD selaku Ketua Tim Biosafety Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama.
Foto-foto kegiatan
Workshop Risk Assessment Biosafety 28 November 2017
Acara dimulai dengan sambutan dan pembukaan oleh ketua Tim Biosafety FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang “Route Evakuasi” di Gedung KPTU dan Gedung Radioputro. Peserta kurang lebih 30 orang dari dalam dan luar FK. Peserta dari luar FK berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan dan CEBU RS Sardjito.
Penjelasan tentang api dan peralatan keamanan dalam bahaya api oleh pemateri dari PT Hasamindo Pratama, Bregodo Pamekak Latu, yakni Hermas Risriyanto, SPd.
Diawali dengan penekanan tentang kesiapan kita dalam menghadapi bencana kebakaran yang tiba-tiba. Materi secara keseluruhan sama dengan materi pada Workshop dan Pelatihan APAR I yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 2016 yang lalu. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang fase kebakaran dengan memberikan beberapa contoh peristiwa kebakaran dan kesiapan kita dalam menghadapi bencana kebakaran. Bahwa kondisi “mental” kita dalam menghadapi keadaan darurat sangat berpengaruh terhadap tindakan dan keberhasilan dalam menghadapi kondisi darurat, termasuk bahaya kebakaran.
Materi pengenalan bahaya api meliputi definisi api dan kebakaran serta sumber/penyebab kebakaran. Terjadinya kebakaran disebabkan oleh adanya sumber energy (api) yang mengalami inisiasi (membesar) sehingga terjadi “flash over” (suhu bisa mencapai 350OC dalam waktu 3-10 menit. Pertanyaannya, tindakan apa yang harus dilakukan dalam waktu 3-7 menit yang sangat menentukan tersebut? Jika “flash over” jika tidak teratasi maka akan berkembang menjadi “full fire” dalam waktu 10-15 menit. Masalah/kendala yang dihadapi bisa meliputi: 1) sarana proteksi kebakaran, 2) personel/SDM (internal), 3) sistem manajemen tanggap darurat dan 4) akses bantuan darurat. Kendala sarana proteksi kebakaran dapat meliputi: 1) tidak memadai, 2) jenis tidak sesuai, 3) tidak teruji/terawatt, dan 4) salah penempatan. Kendala dalam manajemen, meliputi: Kurang atensi, tidak ada SOP, dan belum ada pelatihan/simulasi. Sarana proteksi kebakaran meliputi sarana proteksi kebakaran aktif (fire alarm/detector, sprinkler, APAR, hydrant, truck) dan pasif (SOP, tandu, sarana pengendali asap, tangga darurat).
Praktik pemdaman kebakaran dilakukan di lapangan basket Fakultas Kedokteran UGM. Peserta praktik menggunakan alat-alat pemadam kebakaran dengan menggunakan simulasi api kebakaran.
Acara dimulai dengan sambutan dan pembukaan oleh ketua Tim Biosafety FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD. Dilanjutkan dengan penjelasan tentang “Route Evakuasi” di Gedung Radioputro (lantai 1-3). Peserta kurang lebih 30 orang dari dalam dan luar FK, yakni dari Fakultas Kedokteran Gigi dan, F Kedokteran Hewan.
Pemateri workshop, Hermas Risriyanto, SPd dari Nasamindo Pratama. Bregodo Pamekak Latu, Yogyakarta.
Materi terdiri dari 3 tema:
- Pengenalan bahaya api
- Standar prosedur penanganan bahaya api
- Berbagai Kelengkapan alat pemadam kebakaran
Materi pengenalan bahaya api diawali dengan definisi api dan kebakaran serta sumber/penyebab kebakaran. Penting sekali untuk memasang “fire detector” yang dapat mengenali bahaya jika terjadi gejala kebakaran. Jika tidak ada “fire detector” atau ada tapi tidak bekerja, api bisa berkembang menjadi “flash over” dalam waktu 3-10 menit, rerata 3-7 menit. Hal ini merupakan titik kritis terjadinya bencana kebakaran serta kesuksesan penanganan pemadaman kebakaran. Dalam waktu 7 menit apa yang harus dikerjakan??? Kuncinya adalah “ kecepatan dan ketepatan” tindakan untuk menjadi “fire fighter”.
Secara umum, peralatan pemadam kebakaran terdapat dua jenis, yakni APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan APAB (Alat Pemadam Api Beroda). Keberhasilan pemadaman kebakaran tergantung pada jenis danukuran APAR, letak/penempatan peralatan, alat berfungsi atau tidak, dan kesiapan petugas (ketrampilan dan wewenang/penunjukkan). Berdasarkan bahan yang digunakan, terdapat berbagai macam APAR: 1) dry chemical powder (mono ammonium sulfat) hanya cocok untuk pemakaian di ruang terbuka, jangan digunakan di ruang tertutup, bersifat korosif; 2) Hallon free/AF 11/ Halothron 1, sesuai untuk ruang tertutup seperti laboratoriumm; 3) Carbon dioxide (CO2), sesuai untuk jenis kebakaran yang menjalar lewat kabel; 4) Foam liquid/busa, bahan dasar air sehingga tidak cocok untuk kebakaran di area yang ada listrik; 5) Hydrant, air bertekanan tinggi dan terua-menerus. Disarankan untuk kantor dan lab juga menyediakan “fire blanket” untuk menutupi sumber api dan untuk menahan ledakan.
Pertanyaan peserta: jika terjadi kebakaran di dalam ruang dan asap sudah memenuhi ruangan tindakan pertama apa yang harus dilakukan?
Jawaban: 1) membuat sirkulasi udara, missal dengan memecahkan kaca, menggunakan blower, dll, sehingga asap akan keluar; 2) menentukan titik api; 3) memadamkan api dengan memperkirakan kemampuan kita apakah sanggup atau tidak untuk memadamkan api tersebut.
Jika ruangan sudah penuh asap, bagaimana cara kita bisa keluar ruangan dengan aman untuk menghindari jebakan asap, yakni dengan keluar merayap di lantai karena asap akan memenuhi ruang bagian atas.
Praktik pemdaman kebakaran dilakukan di lapangan basket Fakultas Kedokteran UGM. Peserta praktik menggunakan alat-alat pemadam kebakaran dengan menggunakan simulasi api kebakaran.
Praktik selesai dilanjutkan dengan diskusi dengan peserta yang masih bersemangat dan antusias untuk mengetahui praktik pemadaman api jika terjadi kebakaran pada berbagai kondisi berbeda.
Workshop dibuka oleh Wakil Dekan Prof. Adi Utarini FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD. Materi-materi workshop disampaikan oleh pemateri yang sama sebelumnya dari Tim Biosafety Fakultas Kedokteran UGM, yakni Dewajani Purnomosari, PhD, Dian C Sulistyoningrum, MSc, dr. Dwi Aris N, PhD, Dr. dr. Hera Nirwati, dan Janatin Hastuti, PhD. Masing-masing menyampaikan materi berturut-turut, yakni pengantar dan prinsip biosafety, Biocontainment dan alat pelindung diri (APD), bahaya laboratorium lainnya (bahaya-bahaya kimia, fisik, termal, ergonomik dll), pengantar dekontaminasi dan disinfeksi, dan pengantar praktik penanganan tumpahan (spilled) bahan infeksius maupun non-infeksius. Tanggapan peserta sangat bagus, beberapa saran, pertanyaan dan sharing dikemukakan oleh peserta dari berbagai laboratorium.
Rangkaian workshop diakhiri dengan praktik spill kit. Peserta dibagi dalam empat kelompok yang masing-masing dipandu oleh seorang anggota Tim Biosafety FK UGM. Di akhir sessi, sebelum ditutup oleh Ketua Tim Biosafety Fakultas Kedokteran UGM, ditayangkan video biosafety yang diprakarsai oleh Tim Biosafety dengan dukungan dari Fakultas Kedokteran UGM. (Tim Biosafety FK UGM)
Workshop dibuka oleh ketua Tim Biosafety FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD. Materi-materi workshop disampaikan oleh pemateri dari Tim Biosafety Fakultas Kedokteran UGM, yakni Dewajani Purnomosari, PhD, Dian C Sulistyoningrum, MSc, dr. Dwi Aris N, PhD, Dr. dr. Hera Nirwati, dan Janatin Hastuti, PhD. Masing-masing menyampaikan materi berturut-turut, yakni pengantar dan prinsip biosafety, Biocontainment dan alat pelindung diri (APD), bahaya laboratorium lainnya (bahaya-bahaya kimia, fisik, termal, ergonomik dll), pengantar dekontaminasi dan disinfeksi, dan pengantar praktik penanganan tumpahan (spilled) bahan infeksius maupun non-infeksius.
Antusiasme peserta cukup besar terlihat dari interaksi pada saat penyampaian materi. Peserta juga tidak segan untuk sharing pengalaman-pengalaman maupun kondisi di laboratorium tempat mereka bekerja, misalnya fasilitas-fasilitas yang tersedia, perawatan/pemeliharaan, penggunaan, risiko, dsb. Peserta juga antusias dan kompak saat mengikuti pelatian spill kit. Pelaksanaan praktik spill kit dibagi dalam empat kelompok yang masing-masing dipandu oleh seorang anggota Tim Biosafety FK UGM. Semua peralatan untuk praktik spill kit disediakan oleh panitia, bahkan peserta juga diperbolehkan membawa pulang beberapa kantong plastik standar untuk digunakan saat sterilisasi dengan autoclave. (Tim Biosafety FK UGM)
Workshop dibuka oleh ketua Tim Biosafety FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD, dilanjutkan dengan pemberian materi-materi workshop, yakni:
Pengantar dan prinsip biosafety
Diawali dengan pengertian biosafety dan kenyataan bahwa banyak kegiatan-kegiatan di lingkungan fakultas yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip biosafety yang bisa membahayakan diri sendiri dan lingkungan, misalnya masih memakai jas lab dan bahkan glove di luar laboratorium. Dilanjutkan dengan prinsip-prinsip biosafety, meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko, mitigasi bencana dan biocontainment yang tepat. Materi disampaikan oleh Dewajani Purnomosari, PhD.Pengenalan “Hierarchy controls” dalam manajemen biosafety, yi: eliminasi, substitudi, engineering, administratif, dan PPE.
Prinsip containment merupakan kombinasi dari teknik dan praktek, peralatan keselamatan dan fasilitas serta tata letak ruangan. Tipe-tipe containment: primer, sekunder, dan tertier.
Terdapat 4 tingkat biosafety, yi level 1-4 tergantung pada tingkat keparahan, agen, potensi bahaya, jenis penanganan. Permasalahan terjadi pada ketersediaan alat seperti autoklave yang kadang digunakan untuk 2 macam pekerjaan, yi sterilisasi alat yang hendak dipakai maupun bahan limbah. Simbol Biohazard akan dipasang di pintu lab2 di lingkungan FK. Grup risiko akan menentukan kita bekerja pada biosafety level yang sesuai, misal risiko level 2 harus bekerja pada biosafety level 2. Beberapa faktor perlu dipertimbangan untuk menentukan klasifikasi risiko biosafety.
Biocontainment
Materi Pengantar tentang biocontainment disampaikan oleh Dian Caturini S, MSc. Materisi berisi tentang pengertian biocontaiment dan hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan biocontainment. Yang pertama, alat pelindung diri (APD): jas lab, gloves, gogle. Relevansi dengan hirarki manajemen biosafety untuk biocontainment terletak pada tingkat “ engineering control”, yakni: bagaimana desain ruang lab yang memenuhi standar biosafety. Evaluasi terhadap kondisi fasilitas lab di lingkungan FK, tentang desain ruang, serta peralatan seperti kandang hewan di lab hewan coba, BSC, sentrifuge.
Biocontainment primer: peralatan yang termasuk dalam containment primer: fume hood, isolator, BSC, bench. BSC terdapat bbrp klas: I-IV, berbeda dalam sistem dan aplikasi penggunaan.
Fume hood: beda dgn BSC, terutama tdk punya hepa filter. Prinsip-prinsip fume hood, penggunaan, dsb. Tidak melindungi bahan kita. Fume hood bukan tempat menyimpan bahan2 kimia.
Klasifikasi dan fungsi BSC: melindungi person yg bekerja, materi produk, dan lingkungan. Level I BSC memberi perlindungan personel dan lingkungan tetapi tdk melindungi produk. BSC level II-IV melindungi personel, lingkungan, serta produk.
Bahaya laboratorium lainnya
Materi tentang bahaya laboratorium diberikan oleh dr. Dwi Aris Nugrahaningsih, PhD. Bahaya laboratorium meliputi bahaya-bahaya kimia, fisik, termal, ergonomik dll. Bahaya kimia misal mudah meledak, flammable, korosif, reaktivitas, oxidiser (menyebabkan mudah terbakar). Ada bbrp simbol yang tertentu untuk tiap jenis bahaya. Bahaya kesehatan: karsinogenik, mutagenik, iritan, alergen, asphyxian, toxin sistemik. Juga diberikan beberapa macam potensi bahaya dan beberapa contoh kasus, misal terkontaminasi bahan kimia mercury yang sampai menyebabkan meninggal. MSDS harus dilakukan bagi yang bekerja dengan bahan kimia. SOP juga harus ada dan dimengerti oleh person yang bekerja di Lab. Imunisasi juga diperlukan bagi laboran. Dalam hirarki management keselamatan biosafety, termasuk pada kontrol administratif (SOP).
Beberapa hal perlu diperhatikan untuk menghindari bahaya kimia, yi memberi label botol bahan kimia dan memberi label GHS, misal berisi nama bahan kimia, komposisi, bahayanya apa (Danger), Precaution, First Aid, PPE yang harus digunakan, informasi toksikologi, dsb. Nomor kontak harus tersedia dan mudah diketahui oleh person yang bekerja di lab.
Memberikan label pada botol bahan kimia dan membuat aliquote untuk bahan kimia yang sudah lama sehingga bisa diketahui expire date-nya.
Disampaikan juga cara penyimpanan bahan kimia yang baik dan benar, kontainer yang baik, cara penyimpana liquid Nitrogen dan compressed gas cylinders: bahaya, manajemen keselamatan, serta hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan, seperti pemilihan tabung, cara menuang. Dan pertolongan pertama.
Pengantar dekontaminasi dan disinfeksi
Materi disampaikan oleh Janatin Hastuti, PhD dan Dr. dr. Hera Nirwati. Didahului dengan interaksi peserta tentang kejadian tumpahan di masing-masing lab dan cara penanganannya. Kemudian masuk materi berupa terminologi dalam disinfeksi, tipe disinfeksi dan kegunaannya, dan metode dekontaminasi. Kegunaan diantaranya untuk: Untuk menghilangkan atau deaktivasi agen biologi yang berbahaya setelah dilakukan pengerjaan dan sebelum pembuangan limbah; untuk meniadakan risiko terhadap paparan agen biologi yang berbahaya; Untuk meniadakan risiko kontaminasi silang spt: pada pengerjaan kultur sel.
Dibahas juga jenis-jenis limbah limbah padat, benda tajam, laundry, dan tipe limbah lainnya:
Beberapa macam dekontaminasi dan bahan disinfeksi turut dijelaskan, yi tipe, langkah pertama, langkah kedua, dan langkah terakhir. Kriteria desinfektan yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi efisien desinfektan, serta beberapa jenis desinfektan kelebihan dan kekurangan. Sesi diakhiri dengan penjelasan tentang spill kit dan dilanjutkan praktek spill kit oleh peserta dan dipandu panitia.
Pelatihan penggunaan spill kit
Praktek spill kit didahului dengan penjelasan tentang cara yang harus dilakukan ketika terjadi tumpahan, alat dan bahan yang digunakan, serta prosedur penangan.Praktek oleh peserta dipandu panitia.
Panitia dan peserta Workshop Biosafety I berfoto bersama