Tim Biosafety Fakultas Kedokteran UGM dengan dukungan dari Fakultas Kedokteran dan grant dari Southeast Asia Biorisk Management Enhancement Grant Competition (SEA BMEG 2015) menyelenggarakan beberapa rangkaian workshop biosafety selama bulan Agustus dan September 2016 ini. Workshop I tentang pengenalan biosafety dan pelatihan penggunaan spill kit telah dilaksanakan tanggal 19 Juli 2016. Workshop bertempat di ruang kuliah Gedung Pasca-sarjana FK UGM (Lt. 2). Sekitar 27 peserta mengikuti workshop tersebut, meliputi, dosen dan peneliti, laboran, dan teknisi dari internal Fakultas Kedokteran maupun dari luar fakultas, seperti Fakultas Kedokteran Hewan.
Workshop dibuka oleh ketua Tim Biosafety FK UGM, Ibu Dewajani Purnomosari, PhD, dilanjutkan dengan pemberian materi-materi workshop, yakni:
Pengantar dan prinsip biosafety
Diawali dengan pengertian biosafety dan kenyataan bahwa banyak kegiatan-kegiatan di lingkungan fakultas yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip biosafety yang bisa membahayakan diri sendiri dan lingkungan, misalnya masih memakai jas lab dan bahkan glove di luar laboratorium. Dilanjutkan dengan prinsip-prinsip biosafety, meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko, mitigasi bencana dan biocontainment yang tepat. Materi disampaikan oleh Dewajani Purnomosari, PhD.Pengenalan “Hierarchy controls” dalam manajemen biosafety, yi: eliminasi, substitudi, engineering, administratif, dan PPE.
Prinsip containment merupakan kombinasi dari teknik dan praktek, peralatan keselamatan dan fasilitas serta tata letak ruangan. Tipe-tipe containment: primer, sekunder, dan tertier.
Terdapat 4 tingkat biosafety, yi level 1-4 tergantung pada tingkat keparahan, agen, potensi bahaya, jenis penanganan. Permasalahan terjadi pada ketersediaan alat seperti autoklave yang kadang digunakan untuk 2 macam pekerjaan, yi sterilisasi alat yang hendak dipakai maupun bahan limbah. Simbol Biohazard akan dipasang di pintu lab2 di lingkungan FK. Grup risiko akan menentukan kita bekerja pada biosafety level yang sesuai, misal risiko level 2 harus bekerja pada biosafety level 2. Beberapa faktor perlu dipertimbangan untuk menentukan klasifikasi risiko biosafety.
Biocontainment
Materi Pengantar tentang biocontainment disampaikan oleh Dian Caturini S, MSc. Materisi berisi tentang pengertian biocontaiment dan hal-hal yang harus diperhatikan terkait dengan biocontainment. Yang pertama, alat pelindung diri (APD): jas lab, gloves, gogle. Relevansi dengan hirarki manajemen biosafety untuk biocontainment terletak pada tingkat “ engineering control”, yakni: bagaimana desain ruang lab yang memenuhi standar biosafety. Evaluasi terhadap kondisi fasilitas lab di lingkungan FK, tentang desain ruang, serta peralatan seperti kandang hewan di lab hewan coba, BSC, sentrifuge.
Biocontainment primer: peralatan yang termasuk dalam containment primer: fume hood, isolator, BSC, bench. BSC terdapat bbrp klas: I-IV, berbeda dalam sistem dan aplikasi penggunaan.
Fume hood: beda dgn BSC, terutama tdk punya hepa filter. Prinsip-prinsip fume hood, penggunaan, dsb. Tidak melindungi bahan kita. Fume hood bukan tempat menyimpan bahan2 kimia.
Klasifikasi dan fungsi BSC: melindungi person yg bekerja, materi produk, dan lingkungan. Level I BSC memberi perlindungan personel dan lingkungan tetapi tdk melindungi produk. BSC level II-IV melindungi personel, lingkungan, serta produk.
Bahaya laboratorium lainnya
Materi tentang bahaya laboratorium diberikan oleh dr. Dwi Aris Nugrahaningsih, PhD. Bahaya laboratorium meliputi bahaya-bahaya kimia, fisik, termal, ergonomik dll. Bahaya kimia misal mudah meledak, flammable, korosif, reaktivitas, oxidiser (menyebabkan mudah terbakar). Ada bbrp simbol yang tertentu untuk tiap jenis bahaya. Bahaya kesehatan: karsinogenik, mutagenik, iritan, alergen, asphyxian, toxin sistemik. Juga diberikan beberapa macam potensi bahaya dan beberapa contoh kasus, misal terkontaminasi bahan kimia mercury yang sampai menyebabkan meninggal. MSDS harus dilakukan bagi yang bekerja dengan bahan kimia. SOP juga harus ada dan dimengerti oleh person yang bekerja di Lab. Imunisasi juga diperlukan bagi laboran. Dalam hirarki management keselamatan biosafety, termasuk pada kontrol administratif (SOP).
Beberapa hal perlu diperhatikan untuk menghindari bahaya kimia, yi memberi label botol bahan kimia dan memberi label GHS, misal berisi nama bahan kimia, komposisi, bahayanya apa (Danger), Precaution, First Aid, PPE yang harus digunakan, informasi toksikologi, dsb. Nomor kontak harus tersedia dan mudah diketahui oleh person yang bekerja di lab.
Memberikan label pada botol bahan kimia dan membuat aliquote untuk bahan kimia yang sudah lama sehingga bisa diketahui expire date-nya.
Disampaikan juga cara penyimpanan bahan kimia yang baik dan benar, kontainer yang baik, cara penyimpana liquid Nitrogen dan compressed gas cylinders: bahaya, manajemen keselamatan, serta hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan, seperti pemilihan tabung, cara menuang. Dan pertolongan pertama.
Pengantar dekontaminasi dan disinfeksi
Materi disampaikan oleh Janatin Hastuti, PhD dan Dr. dr. Hera Nirwati. Didahului dengan interaksi peserta tentang kejadian tumpahan di masing-masing lab dan cara penanganannya. Kemudian masuk materi berupa terminologi dalam disinfeksi, tipe disinfeksi dan kegunaannya, dan metode dekontaminasi. Kegunaan diantaranya untuk: Untuk menghilangkan atau deaktivasi agen biologi yang berbahaya setelah dilakukan pengerjaan dan sebelum pembuangan limbah; untuk meniadakan risiko terhadap paparan agen biologi yang berbahaya; Untuk meniadakan risiko kontaminasi silang spt: pada pengerjaan kultur sel.
Dibahas juga jenis-jenis limbah limbah padat, benda tajam, laundry, dan tipe limbah lainnya:
Beberapa macam dekontaminasi dan bahan disinfeksi turut dijelaskan, yi tipe, langkah pertama, langkah kedua, dan langkah terakhir. Kriteria desinfektan yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi efisien desinfektan, serta beberapa jenis desinfektan kelebihan dan kekurangan. Sesi diakhiri dengan penjelasan tentang spill kit dan dilanjutkan praktek spill kit oleh peserta dan dipandu panitia.
Pelatihan penggunaan spill kit
Praktek spill kit didahului dengan penjelasan tentang cara yang harus dilakukan ketika terjadi tumpahan, alat dan bahan yang digunakan, serta prosedur penangan.Praktek oleh peserta dipandu panitia.
Panitia dan peserta Workshop Biosafety I berfoto bersama